KISAH RIWAYAT DATU SANGGUL YANG TERKENAL
Syaikh Abdussamad Datu Sanggul
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....Orang banyak mungkin tidak begitu mengenalnya, bahkan mungkin jadi tidak mengenal sama sekali.
Dan mungkin generasi sekarang tidak mengetahui kehidupan Datu Sanggul ini yang pernah menjadi seorang tokoh panutan di zamannya. Ketulusan hatinya dalam melaksanakan ibadah dan ketaqwaannya dalam menegakkan kalimat Allah, serta kedigjayaannya membuat terkenal sampai kepelosok negri. Ketekunan beliau dalam menuntut ilmu membawanya melanglang buana dari daerah asalnya di Palembang Sumatera Selatan kedaerah Kalimantan.
Dalam salah satu riwayat nama Datu sanggul adalah Syekh Muhammad Abdush Shamad, atau dalam riwayat lainnya mengatakan nama beliau adalah Ahmad Sirajul Huda. Beliau hidup sekitar abad ke 18 Masehi, bertepatan dengan zamannya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dulu sedikit.
Penyebab beliau berguru kepada Datu Suban gurunya para Datu Muning, yang ada di Borneo karena adanya " Tanda atau Isyarat " yang diperoleh beliau ketika tidur.
Dikisahkan ketika beliau tidur beliau bermimpi bertemu dengan orang tua yang menjabat tangannya seraya berkata, Kalau Kamu Ingin Memperoleh Ilmu Sejati, Maka Hendaklah Kamu Mencari dan Mempelajarinya Kepada Datu Suban yang Tinggal dipulau Kalimantan, di Kampung Muning, Pantai Jati Munggu Tayuh, Tiwadak Gumpa, didaerah Tatakan (Daerah Rantau Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan ).
Setelah mendengar kata kata orang tersebut beliau tersentak dari tidurnya, seraya berkata kepada Ibundanya yang saat itu berada didekatnya " Ibunda dimana orang tua tadi " jawab Ibundanya " Sedari tadi tidak ada orang selain Ibu dan Ananda"
Kemudian beliau menceritakan mimpinya kepada Ibundanya perihal mimpinya itu. Karena Kecintaan beliau kepada ilmu, beliau lalu meminta ijin kepada Ibundanya untuk merantau kembali mencari ilmu seperti yang dikatakan orang tua didalam mimpinya tersebut.
Akhirnya, walaupun dengan berat hati Ibundanya memberikan ijin dan mendoakannya agar semua yang dicita citakan beliau tercapai.
Singkat cerita akhirnya berangkatlah Syekh Abdush Shamad Muda menuju pulau Kalimantan, dengan menumpang kapal perahu layar. Ternyata setelah sampai dikampung Muning Tatakan Rantau, beliau sudah disambut oleh Datu Taming Karsa yang disuruh oleh gurunya yaitu Datu Suban.
Yang mengatakan bahwa hari itu akan datang seorang pemuda dari Sumatera yang nantinya akan menjadi muridnya. Syekh Abdush Shamad Muda dan Datu Taming kemudian berjalan menuju rumah Datu Suban Guru sekalian Datu Muning. Dan ternyata beliau sudah ditunggu oleh Datu Suban beserta murid murid beliau.
Beliau kemudian langsung mengangkat Datu Suban sebagai Guru sekaligus orang tuanya, dan juga mengangkat murid murid Datu Suban yang lainnya sebagai saudara-saudaranya. Maksud baik Syekh Abdush Shamad Muda diterima Datu Suban dengan senang hati.
Dan mulai saat itu belajarlah beliau kepada Datu Suban.
Dan diceritakan dalam kisah ini, karena kecerdasan dan ketekunannya dalam belajar dan ketaatannya kepada gurunya. Dan dengan persetujuan murid murid Datu Suban terdahulu, akhirnya Datu Suban berkenan memberikan Al-Qur'an Segi Delapan dan sebuah Kitab, yang dikenal dengan nama Kitab Barencong ( baca kisah Datu Sanggul dan Syekh Muhammad Arsyad ).
Adapun penamaan Datu Sanggul salah satu riwayat menceritakan, dengan berbagai versi. Karena ketekunan Datu Sanggul dalam mentaati perintah gurunya dalam Khalwat Khusus, yang sama artinya dengan " Menyanggul " atau menunggu, menunggu (turunnya ) ilmu dari Allah SWT.
Ada juga yang mengatakan beliau sering Menyanggul, atau menghadang Pasukan Tentara Belanda diperbatasan Kampung Muning. Dan tentara belanda sering kucar-kacir dibuatnya.
Adapun versi lainnya diceritakan dalam kisah riwayat ini. Karena kegemaran beliau menyanggul atau Menunggu binatang buruan. Dan ada juga yang mengatakan rambut beliau yang panjang dan selalu disanggul atau di Gelung, wallahu a'alam... Dan mulai saat itu nama beliau dipanggil Datu Sanggul.
Berkat mengamalkan ilmu yang beliau peroleh baik dari guru beliau, ataupun berasal dari Kitab Barencong. Banyaklah beliau mendapatkan kelebihan kelebihan dari Allah SWT.
Diantaranya beliau kalau Sholat Jum'at selalu di Masjid Al-Haram Makkah. Dan karna itulah beliau bertemu dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang pada saat itu sedang menuntut ilmu di Mekah. Dan Syekh Muhammad Arsyad mengangkat Datu Sanggul sebagai saudaranya. Selain itu beliau juga bertemu dengan Datu Daha, yang juga mengangkatnya menjadi orang tua sekaligus guru.
Pada waktu itu di Kerajaan Banjar seluruh masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai Agama Islam. Dan diwajibkan bagi masyarakat laki laki yang sudah Aqil Baliq atau sudah dewasa pada hari Jum'at, diwajibkan untuk melaksanakan Sholat Jum'at di Masjid-masjid dikampung masing masing. Dan kalau tidak melaksanakan kewajiban Sholat Jum'at tersebut akan didenda.
Dikarenakan setiap Jum'at beliau selau Sholat di Mesjid Al-Haram Makkah, maka setiap minggu beliau harus membayar denda kepada Kerajaan, sampai habislah harta beliau. Dan yang tertinggal cuma Kuantan dan Landai atau alat untuk memasak nasi dan sayuran.
Akhirnya setelah didesak oleh istri beliau, karena tidak ada lagi barang yang bisa dipakai untuk membayar denda, Datu Sanggul akhirnya berjanji untuk melaksanakan Sholat Jum'at di Mesjid kampungnya. Yang mana pada saat itu sungai dikampung beliau airnya sedang meluap dan hampir terjadi banjir, dikarenakan pada malam harinya hujan sangat lebatnya.
Disaat para jama'ah sedang berwudhu dipinggir kali, tiba tiba datanglah Datu Sanggul dan langsung terjun ke sungai yang sedang meluap tersebut, lengkap dengan pakaiannya. Orang-orang berteriak dan menjadi gempar, ditengah kegemparan masyarakat, tiba tiba muncul Datu Sanggul dari tengah sungai dan berjalan diatas air dengan tenangnya.
Yang lebih mengherankan pakaian beliau tidak basah sama sekali, cuma anggota wudhu beliau saja yang basah. Setelah keluar dari sungai beliau langsung menuju Masjid dengan tatap mata keheranan yang tampak dari masyarakat.
Masyarakat makin terkejut pada saat imam Masjid mengumandangkan takbir dan diikuti jama'ah Jum'at lainnya, beliau hanya berpantun.
"Riau riau padang sibundan, disana padang sitamu tamu. Rindu dendam tengadah bulan, Dihadapan Allah kita bertemu ...ALLAHUAKBAR....
Setelah berkata demikian perlahan lahan kaki beliau terangkat dari lantai Masjid, dan tubuh beliau berada diawang-awang. Setelah Imam mengucapkan salam, perlahan-lahan kaki beliau kembali menjejakkan dilantai Masjid.
Kemudian beliau berkata kepada jamaah Jum'at, " saya tadi baru saja Sholat di Masjidil Haram Mekkah, dan kebetulan tadi ada yang mengadakan selamatan dan saya meminta kepada yang selamatan sedikit barakat (makanan yang dibagikan saat undangan pulang), dan mari kita bersama sama mencicipinya. Dan jangan ada yang tidak ikut mencicipinya, walaupun sedikit.
Diceritakan bahwa nasi tersebut masih panas menandakan bahwa perjalanan beliau cuma sekejab saja. Maka sejak kejadian tersebut barulah masyarakat tahu bahwa Datu Sanggul adalah termasuk golongan Wali Allah. Sehingga pembayaran denda baik yang berupa uang maupun benda lainnya milik Daru Sanggul dikembalikan kepada beliau kembali.
Diceritakan dalam kisah dan riwayat ini, sebelum Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, sampai ke Kampung Muning untuk mengambil sambungan Kitab Barencong dari Datu Sanggul. Datu Sanggul telah berpesan dan meminta kepada para muridnya untuk bertahan sejenak, karena ada yang mau disampaikan.
Beliau meminta para muridnya dan masyarakat, untuk bergotong royong mempersiapkan menyambut kedatangan tamu dari jauh yaitu Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Kemudian masyarakat bergotong royong diminta mempersiapkan segalanya. Yang mana pada hari itu bertepatan dengan hari Jum'at. Beliau berkata kepada istrinya, " Duhai Adinda tercinta, kakanda akan tidur, tolong kakanda jangan diganggu dan jangan pula membuka kelambu " pesanya.
Istri nya menjawab, Baik kanda, tapi kakanda apabila ada yang ingin bertemu dengan kakanda dengan keperluan yang sangat penting, apakah dinda boleh membangunkan kakanda " kata istrinya bertanya.
" Kalau ada keperluan sangat penting silahkan saja " jawab beliau. Dan setelah sekian lama beliau masuk kedalam kelambu dan tidak keluar-keluar padahal hari itu hari Jum'at. Hingga Istri beliau memanggil manggil sampai tiga kali, karena waktu sudah memasuki Sholat Jum'at dan sudah makin dekat.
Istri beliau menjadi bimbang, disisi satu suami beliau sudah berwasiat supaya jangan diganggu. Dan disisi lainnya Sholat Jum'at adalah kewajiban.Yang akhirnya istri beliau memberanikan diri untuk membuka kelambu.
Namun apa yang terjadi, suami yang dicintainya tidak ditemukan didalam kelambu, namun yang terlihat adalah setetes air yang sangat bening dan putih berkilauan diatas kain putih.
Setelah melihat kejadian tersebut, dengan rasa heran bercampur kagum, kelambu itu ditutup kembali oleh istrinya. Tak lama setelah itu datanglah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Setelah memperkenalkan diri Syekh Muhammad Arsyad lalu mengatakan ingin bertemu dengan Datu Sanggul, dan ternyata setelah kelambu tersebut dibuka kembali oleh istri beliau, Datu Sanggul sudah kembali ke wujud semula dengan kondisi dalam keadaan sudah meninggal dunia...Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun....
Syekh Muhammad Arsyad selanjutnya menyerahkan kain putih 5 lembar yang dipesan oleh Datu Sanggul waktu mereka terakhir bertemu dulu. Dan ternyata kain putih tersebut akan dipakai untuk kain kafan beliau.
Kemudian di beritahukanlah kepada murid-murid beliau dan masyarakat, maka berdatangan lah orang orang untuk menolong dan melaksanakan Fardu Kifayah hingga selesai dan beliau dimakamkan di Kampung Muning Benua Nyiur Tatakan Rantau.
Setelah selesai pemakaman Datu Sanggul, kemudian Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari menceritakan perihal pertemuan beliau kepada istri Datu Sanggul. Dan menyampaikan pesan pesan beliau termasuk pesan untuk mengambil sambungan Kitab Barencong.
Istri Datu Sanggul memakluminya, karena sebelum beliau meninggal sudah memberikan wasiat kepada istrinya untuk menyerahkan kitab tersebut. Tapi terlebih dahulu beliau menyampaikan hal tersebut kepada murid-murid Datu Sanggul, dan setelah itu baru kitab tersebut di serahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan.
Salah satu yang masih diyakini oleh masyarakat, adalah buah karya dari Datu Sanggul yaitu syair pantun Saraba Ampat, yang dan dalam bahasa banjar sangat terkenal karena berisi tentang pelajaran tasawuf.
Adapun bunyi syair tersebut adalah,
SYAIR SARABA AMPAT
Allah jadikan saraba ampat
syariat tharikat hakikat ma'rifat
menjadi satu didalam khalwat
rasa nyamannya tiada tersurat
Huruf ALLAH ampat banyaknya
Alif i'tibar dari pada Zat-NYA
Lam awal dan akhir Sifat dan Asma-NYA Ha isyarat dari Af'alnya
Jibril Mikail Malaikat mulia
Isyarat sifat Jalal dan Jamal
Izrail Israfil rupa pasangannya
I'tibar sifat Qahar dan Kamal
Jabar ail asal katanya
Bahasa Suryani asal mulanya
Kebesaran ALLAh itu artinya
Jalalullah bahasa Arabnya
Nur Muhammad bermula nyata
Asal jadi alam semesta
seumpama api dengan panasnya
itulah Muhammad dengan Tuhannya
Api dan banyu tanah dan hawa
itulah dia alam dunia
menjadi awak barupa-rupa
tulang sungsum daging dan darah
Manusia lahir ke Alam Insan
di Alam Ajsam ampat bakawan
Si Tubaniyah dan Tambuniyah
Uriyah lawan si Camariyah
Rasa dan akal daya dan nafsu
didalam raga nyata basatu
AKU meliputi segala likuMatan hujung rambut sampai kahujung kuku
Tubuh dan hati nyawa rahasia
Satu yang zahir amat nyatanya
Tiga yang batin pasti adanya
Alam shagir itu sabutnya
Mani Manikam Madi dan Madzi
Titis manitis jadi menjadi
Si anak adam balaksa kati Hanya yang tahu ALLAHU RABBI
Kaampat ampatnya kada tapisah
datang dan bulik kepada ALLAH
Asalnya awak daripada tanah
Asalpun tanah sudah disarah
Dadalang Simpur barmain wayang
Wayang asalnya sikulit kijang
Agung dan sarun babun dikancang
kaler bapasang diatas gadang
Wayang artinya sibayang bayang
Antara kadap silawan tarang
semua majaz harus dipandang
Simpur balalakun hanya saorang
Samar Bagung si Nalagaring
Sijambulita suaranya nyaring
Ampat isyarat amatlah penting
Siapa nang handak mancari haning
Wallahhu A'lam Bishawab